Pulung Camaro, Praktisi Tata Kelola Desa Wisata D’Las Serang, Menjadi Narasumber Utama Penguatan SDM Desa Wisata di Kebumen

Share on facebook
Share on whatsapp
Share on twitter

Kebumen — Senin, 22 September 2025, suasana Pendopo Purangga Park Deswita Karanggayam dipenuhi para pengelola desa wisata dari berbagai penjuru Kebumen. Mereka datang untuk satu alasan: belajar langsung dari Pulung Camaro, praktisi tata kelola desa wisata dan outbound di D’Las Serang Purbalingga sekaligus Direktur DINASTI Outbond and EO, yang diundang Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kebumen sebagai narasumber utama dalam gelaran “Penguatan SDM Pengelola Desa Wisata Kebumen melalui Konten Kreator dan Tata Kelola Desa Wisata.”

Sejak awal sesi, Pulung Camaro membingkai pengelolaan desa wisata bukan sekadar urusan promosi, melainkan disiplin operasional yang rapi: standar layanan yang terukur, desain paket berbasis pengalaman, serta protokol keselamatan yang ketat. Pengalamannya membesarkan D’Las Serang—dengan kombinasi family leisure, edukasi, dan aktivitas luar ruang—menjadi contoh hidup bagaimana experience design yang konsisten dapat mengubah kunjungan menjadi kenangan dan, pada gilirannya, menggerakkan ekonomi lokal.

Di hadapan peserta, Pulung mengurai anatomi paket wisata yang “siap jual”: alur kedatangan yang bersih dan ramah, briefing keselamatan yang tegas namun humanis, pengelolaan arus pengunjung agar tidak menumpuk di satu titik, hingga service recovery ketika terjadi keluhan. Ia menekankan bahwa SOP bukan dokumen formalitas, melainkan “naskah hidup” yang memandu setiap interaksi—dari loket hingga titik penjemputan—agar mutu layanan tetap seragam meski pengunjung membludak. Kekuatan Pulung terletak pada cara ia menyederhanakan hal teknis menjadi langkah-langkah yang bisa langsung diterapkan: konten digital adalah janji; tata kelola adalah cara memenuhi janji itu di lapangan.

Tak berhenti pada etalase layanan, Pulung mengajak peserta melihat desa wisata sebagai ekosistem yang saling menguatkan. Produk UMKM harus “menempel” pada narasi pengalaman—bukan dijual sebagai komoditas lepas—sementara komunitas lokal menjadi duta keramahan yang menjaga keaslian cerita. Dengan cara ini, cross-selling terjadi secara alami: pengunjung yang puas pada aktivitas outbound lebih mudah diarahkan mencoba kuliner warga, membeli kerajinan, atau mengikuti tur singkat tambahan. Sesi praktik menjadi bagian paling hidup. Pulung memandu simulasi safety briefing yang ringkas namun menyentuh inti, memperagakan pengaturan checkpoint untuk permainan kelompok, serta membongkar contoh service script ketika menghadapi komplain. Para peserta diajak menulis draf SOP satu halaman untuk layanan inti masing-masing desa—dokumen mungil yang dapat ditempel di posko dan dipakai esok hari.

Sebagai pelengkap perspektif operasional, hadir Novanda Alim Setya Nugraha, S.S., M.Hum., C.MTr., C.PS., C.H.—dosen Telkom University yang juga pengelola media sosial D’Las Serang Purbalingga. Novanda menautkan dunia luring dan daring: bagaimana ritme pelayanan di lapangan diterjemahkan menjadi kalender konten yang konsisten; bagaimana storytelling dari safety briefing, senyum petugas loket, hingga momen keluarga memetik stroberi, dirangkai menjadi narasi yang memicu reservasi. Ia menunjukkan bahwa engagement bukan sekadar angka, melainkan jembatan ke pengalaman yang telah “disiapkan” oleh tata kelola yang baik—sehingga citra di media sosial dan kualitas layanan di lokasi bergerak seirama.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kebumen menempatkan kehadiran kedua narasumber ini sebagai upaya mempercepat profesionalisasi desa wisata setempat. Alih-alih teori yang mengawang, peserta pulang dengan toolkit praktis: SOP layanan inti, service script untuk situasi krusial, hingga template kalender konten yang realistis dijalankan oleh tim kecil desa. Menjelang penutupan, gema utama dari pertemuan ini jelas terbaca: keberhasilan desa wisata berawal dari disiplin kecil yang diulang setiap hari. Dari D’Las Serang, Pulung dan Novanda membawa pelajaran bahwa reputasi lahir dari konsistensi—di lapangan maupun di linimasa—dan reputasi yang baik adalah promosi paling kuat yang bekerja bahkan setelah pengunjung pulang.